Tekan Enter untuk menuju ke area konten utama
:::

situs informasi pengembangan pemberdayaan imigran baru

Asuransi Kesehatan
:::

Bila ibu adalah pembawa virus (carrier) hepatitis B, apakah boleh menyusui?

Pengaturan Tingkat Tulisan:
  • Tempat:Taiwan
  • Tanggal Rilis:
  • Tanggal Revisi:2020/08/12
  • Jumlah Pembacaan:428

Hepatitis B bisa ditularkan baik secara vertikal maupun horizontal kepada bayi, tetapi asalkan bayi yang baru lahir langsung menerima suntikan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) dan suntikan vaksin hepatitis B sesuai jadwal dengan teratur, maka menyusui tidak akan meningkatkan kemungkinan penularan hepatitis B kepada bayi, oleh karena itu Anda bisa menyusui dengan tenang.

@Ilmu Pengetahuan Tambahan@


Penularan virus hepatitis B

Tingkat penyebaran virus dari setiap pembawa virus (carrier) tidaklah sama, cara penularannya pun juga tidak sama. Saat ada wilayah yang selalu memiliki tingkat penularan tinggi (termasuk Asia Timur dan Asia Selatan, Afrika yang berada di bawah gurun Sahara), penularan terjadi terutama pada periode perinatal / persalinan, ibu menularkan kepada bayinya, atau kontak di antara anak-anak (penularan horizontal). Di benua Asia, sebanyak 40% dari wanita hamil usia reproduktif pembawa virus hepatitis B dinyatakan positif HBeAg, tetapi terdapat 70%-90% kemungkinan para bayi baru lahir tertular virus oleh ibu-ibu tersebut pada masa-masa sebelum dan sesudah kelahiran. Penularan pada masa sebelum dan sesudah persalinan biasanya terjadi pada waktu persalinan berlangsung atau setelah persalinan usia, terjadi kontak langsung bayi dengan darah ibu dan cairan lainnya. Di Asia, tingkat penularan yang terjadi pada masa perinatal mencakup sekitar 25%-30% dari jumlah populasi pembawa virus (carrier). Di luar Asia, sebanyak 10% dari wanita hamil usia reproduktif pembawa virus hepatitis B dinyatakan positif HBeAg, peningkatan jumlah orang pembawa virus hepatitis yang menularkan virus pada masa perinatal tidak begitu berarti. Pada wilayah dengan tingkat penularan rendah (termasuk Eropa barat dan Amerika utara), penularan virus pada masa perinatal tidaklah sering ditemui; penularan biasanya terjadi karena adanya kontak darah antar orang dewasa dan hubungan seksual. Akan tetapi, pemeriksaan HBsAg pada setiap wanita hamil dilakukan di berbagai negara-negara industrialisasi, serta memberikan suntikan khusus HBIg dan vaksin hepatitis B untuk mengobati bayi-bayi dengan ibu pembawa virus hepatitis B.


Tingkat bahaya penularan virus hepatitis B melalui pemberian ASI

Menyusui ASI pernah dianggap sebagai jalan penularan hepatitis B kepada bayi, karena pada beberapa air susu ibu diketemukan HBsAg dalam jumlah kecil. Namun demikian, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa menyusui air susu ibu bisa meningkatkan kemungkinan bahaya penularan antara ibu dan anak. Di Taiwan, ada sebuah penelitian yang melacak 147 orang bayi dengan ibu pembawa virus hepatitis B, ditemukan bahwa probabilitas terjangkit virus hepatitis dari 92 orang bayi mengkonsumsi ASI dan 55 orang bayi mengkonsumsi susu formula adalah sama besarnya (4). Sebuah penelitian di Inggris (5), di dalamnya terdapat 126 responden, ditemukan bahwa tingkat bahaya terjangkit virus hepatitis B pada diri bayi yang mengkonsumsi ASI dari ibu pembawa virus hepatitis B tidaklah meningkat. Dari penelitian ini juga dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi HBcAg dari ibu, ditemukan bahwa kondisi HBcAg tidak ada kaitannya dengan tingkat penularan. Penelitian ini telah menunjukkan dengan kuat bahwa tingkat bahaya penularan melalui ASI bisa diabaikan bila dibandingkan dengan tingkat bahaya penularan yang tinggi melalui kontak cairan dan darah ibu saat persalinan berlangsung. Akan tetapi, beberapa ahli hepatitis khawatir akan terjadi perubahan dalam payudara, misalnya saat puting susu berdarah, maka ada kemungkinan bayi akan tertular virus hepatitis B dalam jumlah tertentu.


Menghindari penularan vertikal dan horizontal virus hepatitis B

Mendapatkan vaksinasi hepatitis B bisa mencegah penularan virus hepatitis B secara efektif, baik penularan secara vertikal maupun horizontal, pencegahan sebanyak 70%-90% dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu pembawa virus hepatitis B akan terjangkit dan menjadi pembawa virus hepatitis B, serta pencegahan terhadap penularan horisontal akan mencapai angka sebanyak 95%. Dalam waktu 24 jam setelah bayi dilahirkan harus menerima suntikan imunoglobulin hepatitis B (HBIg), serta dosis pertama vaksinasi hepatitis B akan meningkatkan perlindungan sebesar 85%-90% terhadap bayi dengan ibu pembawa virus hepatitis B. Akan tetapi, kondisi pemeriksaan hepatitis B pada ibu hamil atau pemberian suntikan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) di negara-negara berkembang tidak begitu memungkinkan, oleh karena itu sangat disarankan untuk memberikan vaksinasi hepatitis B kepada bayi secara teratur. Bila memungkinkan, dosis pertama diberikan dalam waktu 48 jam setelah bayi dilahirkan, kemudian vaksinasi lanjutan diberikan berdasarkan jadwal yang teratur. Vaksinasi hepatitis B sangat mungkin diberikan bila melahirkan di klinik ataupun di rumah sakit, tetapi bila melahirkan di dalam rumah maka vaksinasi mungkin sulit dilakukan. Dosis pertama vaksinasi hepatitis B sangat penting diberikan setelah kelahiran, terutama di negara Asia, karena penularan di masa perinatal sangat sering dijumpai di wilayah tersebut. Bayi-bayi yang telah menerima vaksinasi dosis pertama bisa memperoleh ASI dengan aman.


Di wilayah yang tidak bisa mendapatkan vaksinasi hepatitis B secara teratur, kita harus benar-benar memperhatikan penggunaan ASI donor dari ibu lain dan dari bank ASI. Kebanyakan ibu-ibu yang bukan pembawa virus hepatitis yang berada di wilayah epidemi hepatitis B pernah terkena penyakit hepatitis B dan kemudian telah pulih kembali, serta antibodi terhadap virus hepatitis B akan ditransfer melalui plasenta kepada bayi, yang bisa melindungi bayi-bayi mereka dan tidak akan tertular virus selama kurun waktu 6 bulan. Di sebagian besar negara-negara industri, ASI yang berasal dari ibu pendonor ASI dan bank ASI telah diperiksa antigen hepatitis B. Bila positif, ASI tersebut hanya bisa diberikan kepada bayi-bayi mereka sendiri. Akan tetapi, pemeriksaan seperti ini mungkin tidak dapat terlaksana di dalam negara-negara berkembang. Para bayi yang telah menerima vaksinasi hepatitis B tidak akan tertular hepatitis B melalui ASI donor maupun bank ASI.


Saran:

WHO menyarankan agar semua bayi bisa mendapatkan vaksinasi hepatitis B, bila memungkinkan dosis pertama diberikan dalam waktu 48 jam setelah bayi lahir atau secepatnya, hal ini akan mengurangi penularan vertikal, serta menyingkirkan segala kemungkinan bahaya ketularan hepatitis, baik melalui menyusui secara langsung atau menyuapkan ASI. Imunisasi juga bisa menghindarkan bayi tertular hepatitis B lewat cara-cara yang lain.


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) menyarankan agar bayi baru lahir bisa mendapatkan ASI ekslusif selama empat hingga enam bulan, serta setelah mulai menerima makanan padat, ASI masih tetap terus diberikan hingga anak berusia 2 tahun atau di atas 2 tahun. Bayi yang tidak mendapatkan ASI akan memiliki resiko sakit dan meninggal. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa seorang ibu pembawa virus hepatitis B yang menyusui akan meningkatkan peluang penularan virus hepatitis B kepada bayinya, meskipun belum menerima vaksinasi. Oleh karena itu, meski berada di wilayah epidemi hepatitis B dan wilayah yang tidak memberikan vaksin hepatitis B, pemberian ASI masih merupakan cara yang sangat dianjurkan untuk menyusui bayi.


Bila Anda ingin tahu informasi lebih banyak mengenai virus hepatitis B dan pemberian ASI, Anda dapat mengakses laman layanan informasi i-Baby/Edukasi Kesehatan/Kelahiran/Menyusui/Hepatitis dan Menyusui

(https://ibaby.mohw.gov.tw/HealthMsg/HealthInfo?num=79)

top